Assalamu'alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh
Menyanyikan lagu Indonesia Raya |
Pagi hari ini cuaca begitu cerah. Sinar matahari mengisyaratkan siap untuk menghangatkan sekujur tubuh. Dan anginpun sedikit malas berhembus.
Semangat tak kenal lelah, latihan-latihan persiapan acarapun dilakukan agar pelaksanaannya sukses. Semua itu disebabkan adanya motivasi yang tinggi untuk menampilkan yang terbaik diakhir masa pendidikan mereka. Menjadi sangat menarik ketika ada salah seorang siswa tampil memimpin kawan-kawan, mengajak dan mengarahkan. Sebut saja namanya Farida Hayati. Seorang perempuan yang bisa menyeimbangkan kemampuan yang di miliki hingga dia muncul sebagai siswa yang boleh dikatakan hampir semua bidang dapat diikutinya dengan baik. Dalam bahasa agak ilmiahnya, dia bisa mengembangkan kemampuan otak kiri dan kanan sama baiknya. Jujur saja, tidak banyak manusia yang bisa mensejajarkan kedua kemampuan itu. Apalagi dalam kondisi yang notabene ada masalah yang menerpa kesehariannya. Saya lebih menyebutnya dia anak cerdas.
Persiapanpun sudah rampung semua. Detik-detik menjelang acarapun tiba. Acara demi acara mengalir cukup lancar. Hingga mereka tampil semua ke atas panggung menyanyikan lagu Indonesia Raya. Ada rasa yang berkecamuk ketika mendengar suara mereka menyanyikan lagu itu. Dalam hati, inilah lagu Indonesia Raya yang terakhir yang mereka nyanyikan di sekolah ini. Belum pernah saya merasakan perpisahan siswa di sekolah ini dengan perasaan seperti itu. Entahlah, apakah karena saya diberi amanah oleh kepala sekolah untuk mengkoordinir kawan-kawan dan juga siswa dalam kegiatan kali ini. Hingga ada perasaan beban khawatir acara tak berjalan dengan baik. Perasaan ketika akan berpisah sepertinya lebih terasa. Meskipun terkadang mereka membuat jengkel, sedih dan kecewa. Tapi juga bisa membuat suka, senang dan bahagia. Ya..mereka memang bukanlah orang dewasa tapi mereka juga bukan anak-anak. Saya lebih suka menyebut mereka dengan "makhluk transisi". Mereka memang manusia pada masa peralihan dari anak-anak menjadi remaja.
Acara terus berlanjut hingga sampailah pada penampilan drama. Drama dalam bahasa banjar buah karya, hasil pemikiran dari Farida Hayati. Sederhana, namun jika direnungi isinya sesungguhnya terkandung pesan yang sangat dalam. Sebuah pesan moral yang sebetulnya ditujukan kepada pada para orang tua agar terus menyekolahkan anaknya dan tidak menikahkan anaknya dalam usia muda. Bisa dibayangkan...dapatkah seorang anak usia SMP mengatakan pesan/nasehat ini di hari-hari biasa. Lewat sebuah karya seni drama..ternyata pesan ini dengan lugas bisa tersampaikan kepada orang tua/wali siswa yang hadir. Luar biasa ! Penampilan dramapun rampung dan hadirin yang hadir memberikan tepuk tangan yang meriah.
Tidak hanya sampai di situ. Ada hal sangat menarik dalam acara perpisahan kali ini. Ada seorang anggota DPRD HSU dari Partai Kebangkitan Bangsa, namanya Bapak Junaidi turut hadir. Saya tidak tahu entah kenapa beliau bisa sampai ditempat kami, padahal undangan perpisahan tidak ada tertuju kepada beliau. Dan pengalaman perpisahan tahun-tahun sebelumya tidak pernah ada kejadian ini. Tidak terlalu menarik membahas kenapa beliau bisa muncul ditempat kami. Yang justeru menarik adalah ketika acara drama selesai, beliau memohon izin untuk memberikan komentar. Beliau naik ke atas panggung, lantas apa kata beliau ? Beliau sangat mengapresiasi dan memuji karya anak-anak. Bahkan beliau kembali menegaskan, dengan suara lantang kepada para orang tua untuk terus menyekolahkan anaknya dan tidak menikahkannya pada usia muda. Saya merasa terharu dengan apresiasi beliau. Sebenarnya saat itu air mata mau menetes, namun bisa tahan. Ketika beliau turun panggung, saya menyalami beliau. Dari mulut beliau terlontar ucapan, ini gurunya yang luar biasa. Namun dengan cepat saya bantah kalimat itu dalam hati.. Tidak ! Tapi anak-anaknya yang luar biasa. Ada seorang anak yang mempunyai talenta di atas rata-rata. Dialah sang motivator ! Dia sebenarnya yang luar biasa.
Tidak hanya sampai disitu, lagi-lagi penampilan duet puisi oleh Farida Hayati dan Jumaiyah membuat hati saya terharu. Puisi dengan kandungan isi yang ditujukan kepada guru. Dalam bahasa anak tentu penghayatan kalimatnya akan sangat berbeda dengan bahasa orang tua tentang guru dan disampaikan pada momen yang tepat. Apalagi ini keluar dari mulut mereka yang manis, penuh kepolosan dan keluguan, masih memiliki hati dan pikiran yang jernih, tidak dirancuni oleh kepentingan-kepentingan, semakin memberi makna setiap bait puisi yang mereka bawakan. Memang, sebelum mereka menampilkan saya selalu berpesan agar mereka tampil maksimal. Dan hasilnya sungguh membanggakan.
Acara perpisahan diakhiri dengan penampilan fashion show oleh empat orang perempuan siswa kelas IX dengan gaun kebaya yang indah, berpadu dengan paras mereka yang cantik berjalan diatas panggung (baca : catwalk) seperti layaknya model profesional. Sesungguhnya keberanian dan kepercayaan dirinya itu yang membuat saya kagum.
Inilah kesan yang dapat saya tuliskan dilembaran ini. Tidak ada kata-kata yang saya buat selain dari apa yang saya rasakan dalam kacamata sebagai seorang guru kepada anak didiknya. Sebuah kebanggaan yang kalian berikan di akhir studi kalian. Selamat jalan...selamat berpisah..teruslah belajar...belajar di sekolah yang baru……belajar dalam sekolah kehidupan...menjadilah anak yang bisa orang tua banggakan...songsonglah masa depan dengan penuh semangat dan harapan....agar kelak kalian mendapatkan kesenangan....kebahagiaan...........dalam kehidupan. Aamiin !
Bp. Drs.Muhammad Arifin - Kepsek |
Bp. Kamaruddin, S.Pd - Pembina OSIS |
Bp. Junaidi - Anggota DPRD HSU saat memberikan sambutan |
Bp. Danramil dll - Tamu dan Orang Tua/wali Murid |
Membaca Syair Maulid Al-Habsyi |
Bercerita - M. Al Banjari |
Si Baras Kuning - Helda Fitriani |
Siswa Kelas VIII - Tari (lupa namanya) |
Persembahan lagu dari siswa kelas VIII |
Maliyah -Pidato siswa yg meninggalkan |
Helda Fitriani - Pidatao siswa yg ditinggalkan |
Persembahan Tarian dari siswa kelas VII |
Kenang-kenangan untuk Bp. Madiya, S.Pd dan Bp Ahmad Riduan, S.Pd |
Adegan akhir drama "BALADA SI ALUH"- siswa kelas IX |
Apresiasi dari Bp. Junaidi - Anggota DPRD HSU |
Pembacaan Do'a - Bp. Rijali Hadi, S.Pd.I |
Calon Model - Farida Hayati |
Calon Model - Sri Mulyani |
Calon Model - Ditha Fitri |
Calon Model - Rahmina Hidayatul Fitri |
Calon Model - Jumaiyah |
fashion show |
foto bersama siswa kelas IX |
foto bersama kami |
1. Bapak Drs. Muhammad Arifin selaku Kepala Sekolah yang telah memberikan ijin
pelaksanaan acara.
2. Bapak Kamaruddin, S.Pd, Bapak Madiya, S.Pd, Bapak Ahmad Riduan, S.Pd selaku Panlak
bersama dengan OSIS.
3. Seluruh rekan-rekan guru dan yang lainnya yg melatih para siswa.
4. Bapak Riza Iriadi, S.Sos dengan ilustrasi musik dramanya yang keren.
5. Bapak Ahmad Riduan, S.Pd selaku fotografer
6. Sdr. Adha, Cs selaku operator Sound System.
7. Para siswa yang seolah tak mengenal lelah dalam mempersiapkan acara.
8. Dan semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan turut serta menyukseskan acara.
9. Dan kami tutup dengan ucapan puji syukur kepada Allah yang berkenan tidak menurunkan
hujan saat acara berlangsung.
Demikian kenangan indah ini saya abadikan di blog SMPN 1 Amuntai Utara agar tetap terpatri di hati sanubari para alumni.
Sampai jumpa lagi............................Wassalam
NAZAM
CINTA BUAT YANG BERHATI SUTRA
Karya
: RH
Tiga puluh
enam bulan purnama kalian mengabdi untuk kami
Seribu
Sembilan puluh lima hari membuka hati demi kami
Tak
terhitung duri menancap kaki saat mendaki buat kami
Kau
abaikan anak istri, kau tinggalkan suami cuma untuk kami
Hingga
kami mengerti dan menemukan jati diri
Cintamu
mengalir dari celah mata pulpenmu
Kasihmu
hadir disetiap petuah klasikmu
Sayangmu
mengeristal di celah gertakmu
Bahkan
di sejumput debu kapur yang mengotori sepatu dan seragammu
Barangkali,
dimalam yang renta kau belum memejam mata
Teringat
kami yang belum tahu alif, baa dan taa
Di
hamparan sajadah kau lukis wajah murid-muridmu
Yang
masih lucu, lugu, bahkan sedikit dungu
Hari
ini, disini aku berdiri mengalung bunga
lewat kata
Mengucap
puji tanpa dusta
Buat
pilar bangsa berhati sutra
Tulang
belulangmu boleh rapuh
Namun
jasamu terukir utuh
Diceruk
hati kami yang terus berlabuh
Aduhai
cinta, kemana mesti kutumpah
Aduhai
rasa, kemana mesti kucurah
Aduhai
pandang, kemana mesti kuarah
Selain
tuk guruku, hingga langit menutup pinta
====oo00oo====
Sebuah Catatan Untuk Seorang Anak di Akhir Studinya
Tiga tahun bukanlah waktu yang singkat buat seorang anak usia belasan tahun melangkahkan kaki hanya untuk untuk memenuhi aturan 07.45 sudah berada di tempat sejak pertama kali memutuskan menjadi siswa di sekolah ini. Suatu ketika saya melihat langkahnya dipercepat karena tidak ingin kalah cepat dengan bunyi beep bel sekolah hasil rakitan Pak Hendra Y dan Pak Reza I. Wajahnya yang sedikit gugup menandakan bahwa anak ini sangat menghargai waktu.
Saya tidak bisa menggambarkan bagaimana persisnya jalan yang ia lalui. Namun ketika kemaren saya melihat bagian depan jalan, dalam hati jika jalan bagian depan sudah seperti ini, lantas bagaimana jalan ke dalamnya ? Jalannya bukan jalan beraspal pun bukan pula jalan berbatu seperti layaknya jalan yang dibangun oleh pemerintah. Kalau boleh dikatakan jalan kesepatakan. Mungkin dulunya orang-orang sepakat jika menuju kampung melewati tempat itu akhirnya terbentuklah seperti sebuah jalan, tidak lebar tapi cukuplah untuk dilalui roda dua.
Saya hanya mencoba mereka-mereka jarak tempat tinggal dia dengan sekolah mungkin lebih kurang 3 kilometeran. Berapa sih kecepatan seorang anak usia belasan tahun mampu melakukan dengan hanya mengandalkan dua telapak kakinya ? Jika pagi hari dimana karbohidrat sebagai sumber tenaga sudah siap sebagai penguat lutut kecilnya, lalu dinginnya suasana pagi menjadi pendingin mesin badannya, sapaan kicauan burung seolah menjadi ringtoon yang indah ditelinganya, mungkin ayunan langkahnya akan terasa ringan. Apalagi ketika hari akan bertemu dengan pelajaran dan diajari oleh guru yang ia sukai.
Lalu bagaimana jika anak ini mau pulang sekolah ? Tentu saja suasanya akan sangat berbeda dibandingkan pagi hari. Hampir tujuh jam berada di sekolah, dimana energinya dipakai untuk berlari-lari, melempar bola basket, mengerjakan soal-soal matematika dan Fisika yang rumit. Sementara rupiah mungkin hanya cukup untuk sekedar menahan agar tubuh tetap tegak berdiri guna memenuhi tuntutan sebagai seorang pelajar yang baik. Semua kegiatan di sekolah di ikuti termasuk kegiatan sore ektrakurikuler maupun pelajaran tambahan. Belum pernah ketika saya mengajar sore ia tidak datang meskipun beberapa kali dengan wajah agak gugup dan langkah tergopoh-tergoh terlambat masuk kelas sedang saya sudah berada dalam.
Saya teringat sebuah perkataan Retno Lestiyani kalau tidak salah namanya, dia sebagai ketua serikat guru seluruh indonesia, mengajar di salah satu sekolah menengah di Jakarta. Salah satu kalimat yang saya sangat ingat adalah bahwa sekolah itu seharusnya bisa mempertajam perasaan.(JLC)
Saya tidak ingin menghitung berapa kali 13.35 , 16.00 atau bahkan sesekali lebih agak gelap dari itu yang sudah ia lewati. Saya pun juga tidak bisa mengitung berapa kali gerimis atau lebatnya hujan yang sudah mengguyur badannya atau mungkin membasahi buku catatan kesayangannya. Bahkan saya tak bisa membaca perasaan hatinya manakala sesekali menyaksikan jalan yang selama ini ia lalui untuk sampai ke sekolah, sudah tak kelihatan lagi karena tingginya air saat air bah datang menggenangi. Perasaan ketinggalan pelajaran atau merasa rugi untuk tidak datang ke sekolah semakin melengkapi kegalauan hatinya.
Sekarang ! Saya ingin mencoba membandingkan dengan diri saya. Bagaimana jalan yang saya lalui. Bagaimana saya datang ke sekolah ? Sudah berapa kali 07.45 yang saya tak bisa memenuhinya, padahal itu waktu yang sudah di sepakati bersama . Atau bahkan 13.35 itu untuk siapa ? Padahal saya dan dia datang ke tempat yang sama, intitusi yang sama dengan tujuan yang sama untuk sebuah pekerjaan mulia di bidang edukatif. Bedanya hanya saya berada di depan kelas dan ia di belakang. Bahkan roda dua 150 cc+ kepunyaan saya, dengan speed yang sekehendak hati bisa saya lakukan, terkadang masih kalah cepat dengan dua langkah kakinya.
Hari ini...dia sudah membukakan mata hati yang dikelabui oleh argumen ini dan itu. Terima kasih Nak...setiap langkah kakimu adalah do'a yang akan selalu didengar oleh Tuhan. Alas sepatumu yang mungkin saja lekas menipis akibat setiap hari terkena gesekan kinetik dengan kerikil, atau malah tanah berlumpur yang setia ikut di kedua alas sepatumu dikala musim hujan sehingga memberatkan langkah kakimu. Semua itu menjadi bukti tentang semangatmu menuntut ilmu dalam sejarah pendidikanmu. Kamu sudah merintis jalan untuk memantaskan diri mendapat keberhasilan. Semoga..aamiin.
====oo000oo====
1 comments:
Betul-betul berkesan...hasil kerja sabarataan
Posting Komentar