Ujian Kompetensi Guru (UKG) Online telah berlalu. Sebagian besar para guru di Indonesia sudah mengikutinya, mulai guru tingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah dan hasilnya pun sudah diketahui pula oleh masing-masing guru setelah selesai menjawab 100 soal pilihan ganda. Berapapun jumlah soal yang dijawab benar oleh guru adalah sudah merupakan hasil terbaik yang ditunjukkan oleh guru. Tentu saja hasil itu selalu menjadi masukan yang positip manakala disikapi
dengan arif dan menjadikannya landasan untuk kemudian mencari solusi buat meningkatkan pengetahuannya. Ditambah lagi dengan informasi bahwa hasil UKG ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan sertifikasi guru alias utak-atik tunjangan sertifikasi guru. Hal ini dengan jelas dimuat dalam buku pedoman pelaksanaan UKG :
dengan arif dan menjadikannya landasan untuk kemudian mencari solusi buat meningkatkan pengetahuannya. Ditambah lagi dengan informasi bahwa hasil UKG ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan sertifikasi guru alias utak-atik tunjangan sertifikasi guru. Hal ini dengan jelas dimuat dalam buku pedoman pelaksanaan UKG :
"UKG bukan merupakan resertifikasi, atau uji kompetensi ulang dan juga UKG bukan ditujukan untuk memutus tunjangan profesi".
Sebagaimana yang sudah diketahui oleh para guru, bahwa UKG ini menguji dua kompetensi dasar bagi setiap guru yaitu kompetensi pedagogik (pengajaran) dan kompetensi profesional (bidang profesi/ mata pelajaran yang diampu). Hasil ujian ditunjukkan dengan banyaknya jawaban benar dan salah masing-masing kompetensi tersebut. Jadi bukan merupakan nilai tetapi adalah skor perolehan.
Akan tetapi yang menarik untuk di kritisi bukan seberapa banyak guru menjawab benar, namun dari soal uji itu sendiri. Saya ambil contoh mata pelajaran matematika SMP ( kebetulan saya mengikuti mata ujian tersebut). Ada beberapa catatan misalnya :
1. Ketika ada soal-soal yang sedikit memerlukan pemikiran untuk menjawabnya saya pass dulu dengan maksud nanti sisa waktu bisa di ulang kembali. Akan tetapi apa yang terjadi ? Ternyata soal-soal yang dilewati dan disitu ada gambar, hampir semuanya gambarnya tidak muncul lagi.
2. Kasus yang lain juga meskipun tak ada gambar , ada juga yang pilihannya itu hanya muncul tanda seru berwarna kuning di depan huruf jawaban sementara jawabannya kosong sama sekali. Padahal soal-soal tersebut mau dijawab lagi.
3. Dalam soal matematika SMP, ada beberapa soal yang sepertinya sama, akan tetapi hanya diubah satu angka. Terhadap soal yang nyaris sama ini tentu saja menimbulkan tanda tanya apakah program randomnya tidak berjalan dengan sempurna sehingga seharusnya soal yang nyaris sama tadi munculnya di guru yang lain. Atau hanya sekedar menguji ketelitian ? Atau kekhilafan ? Hanya pembuat soal yang tahu.
Nah, apa yang saya paparkan di ketiga poin di atas tentu saja merupakan hal yang tidak wajar untuk sebuah alat uji. Boleh jadi di mata pelajaran lain juga ditemukan hal-hal yang senada.
Terlepas dari segala kekurangan, UKG online ini juga memiliki kelebihan. Diantaranya karena soal dirandomisasi, maka setiap peserta UKG akan berbeda menerima soal di screen meskipun di nomor yang sama dan mata pelajaran yang sama. Hal ini tentu saja bisa memberikan hasil yang lebih objektif. Di samping itu juga bagi guru yang mungkin selama ini belum familiar dengan peralatan komputer dan internet sedikit banyak memberikan pengalaman yang berharga.
Kita tentu berharap kedepan jika masih akan di adakan UKG online, maka segala kelemahan baik dari sisi kesiapan pelaksanaan maupun perangkat uji berupa software UKG agar disempurnakan sehingga kesalahan yang sama tidak terulang kembali. Dan kita tunggu saja kebijakan pasca UKG.
Bagi yang sudah baca, mohon untuk shearing pendapat dengan menuliskannya pada kolom komentar. Thank
Bagi yang sudah baca, mohon untuk shearing pendapat dengan menuliskannya pada kolom komentar. Thank
0 comments:
Posting Komentar